CERITA DEWASA TERBARU ~ NGENTOT SAMA SEKRETARIS MONTOK

CERITA DEWASA TERBARU ~ NGENTOT SAMA SEKRETARIS MONTOK ~

Hai semua !! nih ane posting cerita ngentot sama sekretaris montok. cukup bikin kontol kamu" semua bakalan naik. oke langsung aja cekiot !! ~
 
 
 
Minggu pertama hari-hari di kantor begitu indah dan rasanya sangat cepat berjalan. Namanya Indah Rita Purwati, oh... rasanya kerjaku semakin bersemangat. Setiap kali dia datang ke kamar kerjaku membawa surat atau minumanku, aku mulai menancapkan busur-busur asmaraku dari mulai menggenggam tangannya, mencium hidung dan keningnya tetapi masih cukup sopan, jangan sampai dia kaget atau marah. Tapi aku yakin, dia pun ingin diperlakukan demikian karena ternyata dia tak menolak bahkan kerjanya semakin rajin dan cekatan bahkan tak pernah bolos (termasuk ketika datang matahari, eh.. datang bulan). Kupikir tak apa, malah aku senang, toh aku belum mau pakai, yang penting bisa mencium bibirnya, hidungnya, keningnya dan dari hari ke hari kami semakin tenggelam dalam asmara. Ketika itu, tahun 2002, dia sudah punya pacar bahkan pacarnya terus memintanya untuk segera menikah. Herannya, menurut pengakuannya, dia semakin benci dan tidak berniat kawin dengan pacarnya itu. Weleh-weleh- weleh, rupanya jerat cintaku telah merasuki jiwanya.

Sampai suatu hari (3 bulan kemudian), aku memberanikan diri untuk mengajaknya pergi ke luar kota di hari Minggu, karena tidak mungkin kami mencurahkan cinta kasih kami di kantor. Dia setuju dan berjanji untuk menungguku di sebuah pasar swalayan tak jauh dari rumahnya. Maka ketika mobil kami meluncur di tol Jagorawi menuju Bogor dan kemudian ke Pelabuhan Ratu Sukabumi, hati kami semakin berbunga-bunga sebab kami akan dapat mencurahkan segalanya tanpa takut diketahui orang atau pegawai lain di kantor maklum kedudukanku sebagai kepala cabang bank swasta terkemuka di samping sudah beristeri dan beranak dua.

"Rit....", kataku pelan ketika mobilku keluar pintu tol.

"Ada apa Pak?", Rita menjawab manis sambil melirikku.

"Sekarang jangan panggil bapak, panggil saja Papah, biar nanti orang mengira kita ini suami-isteri."

Dia mencubit pahaku sambil tersenyum manja, dan tangannya kutahan untuk tetap memegang pahaku, dia mendelik manja tapi juga setuju.

"Pah... kamu nakal deh", sambil mencubit sekali lagi pahaku.

Wah, rasanya aku seperti terbang ke langit mendengar Rita mengatakan "Papah" seperti yang kuminta. Sebaliknya, aku pun mulai saat itu memanggil Rita dengan sebutan "Mamah" dan kami saling memagut cinta sepanjang perjalanan ke Pelabuhan Ratu itu, laksana sepasang sejoli yang sedang mabuk cinta atau pengantin baru yang akan ber-"honey-moon" , sehingga tak terasa mobilku sudah memasuki halaman Hotel Samudera Beach. Pelabuan Ratu yang berada di tepi Samudra Hindia dengan ombaknya yang terkenal garang. Laksana suami isteri, aku dan Rita masuk dan menuju "reception desk" untuk check-in minta satu kamar yang menghadap ke laut lepas. Petugas resepsi dengan ramah dan tanpa rewel (mungkin karena aku ber-Mamah-Papah dan terlihat sebagai suami isteri yang sangat serasi, sama ganteng dan cantiknya) segera memberikan kunci kamar, sambil minta seorang room-boy mengantar kami ke ruangan hotel di lantai tiga kalau aku tak salah. Segera kututup pintu kamar, di-lock sekaligus dan pesan supaya kami tidak diganggu karena mau beristirahat. Aku dan Rita duduk berhadapan di pinggir tempat tidur sambil tersenyum mesra penuh kemenangan. Akhirnya, angan-angan yang selalu kuimpikan untuk berdua-duaan dengan Rita ternyata terlaksana juga. Kukecup hidungnya, keningnya, telinganya, Rita menggelinjang geli. Kusodorkan mulutku untuk meraih mulutnya, dia terpejam manja dan ketika bibir kami bersentuhan dan kuulurkan lidahku ke bibirnya, ternyata dia langsung menyedot dan melumat lidahku dalam-dalam.

"Ooohhgghh, Paahh", Rita mulai terangsang dan merebahkan badannya

Aku segera saja menggumulinya dan menaiki badannya. Rita melenguh dan terpejam, kemaluanku bergesekan dengan selangkangannya dan bau harum parfumnya semakin merangsang nafsuku.

"Paahh, kita buka pakaiannya dulu, nanti lecek."

Oh, harum sekali mulutnya, kulumat habis wajahnya, kupingnya, jidatnya dan mulutnya.

"Paahh, bandel nih, kita buka dulu bajunya!"

Aku masih terengah-engah menahan nafsuku yang membara, kemaluanku semakin menegang menggesek selangkangannya.

"OK Mahh... yuuk dibuka dulu."

Karena sudah sama-sama ngebet, kami saling membukakan pakaian dan setelah T-Shirt-nya kulepas, terlihat sepasang gunung menyembul putih, dan mulus sekali. Kami berpandangan setelah tak selembar benang pun menempel. Kudekap Rita yang mulus, putih, harum itu, kujilati semuanya sambil berdiri, sementara kemaluanku sudah tegang memerah, apalagi ketika Rita mulai meraba dan meremas batang kemaluanku. Kutelentangkan dia di tempat tidur. Oh... betapa mulusnya badan Rita, sempurna sekali seperti bidadari. Pinggulnya yang montok, buah dadanya yang putih kencang dengan puting merona merah dan kemaluannya yang dijalari rambut kemaluan yang tidak terlalu lebat jelas menampakkan bentuknya yang sempurna tanpa cacat, dan kelentit yang merah terlihat rapi dan belum menonjol keluar karena memang Rita masih perawan. Kujilati dari ujung kaki sampai ujung jidatnya yang mulus, naik ke atas, berhenti lama di bawah kemaluannya. Kumainkan lidahku di antara selangkangannya, Rita melenguh, terus kukulum-kulum kemaluannya, klitorisnya yang merah dan beraroma harum, tambah lama tambah merambah ke dalam lubang kemaluannya yang merah.

"Ogghh… Paahh, geliii… terusss Pahh… ogghh… tapi jangan terlalu dalam Pahh... saakiiit…"

"Yaa sayanggg", sambil terus lidah dan mulutku mengulum kemaluan dan kelentitnya yang mulai terasa agak asin karena cairan kemaluan Rita mulai keluar.

"Ogghh… Paah, adduuhh… Paahh, gelii… Pahh, Mamah kayaak maauu... ogghh."

Aku terus menjilati seluruh kemaluannya dengan membabi buta, kuhirup seluruh cairannya yang wangi itu, sekali-kali lubang pantatnya kujilati dan Rita menggelinjang dan merintih setiap kali kujilat pantatnya.

Penisku semakin tegang dan keras, urat-uratnya terlihat jelas menegang, aku tahan terus supaya tidak ejakulasi duluan. Aku ingin memuaskan Ritaku yang tentunya baru merasakan kenikmatan surga dunia ini bersama lelaki yang dicintainya.

"Paahh, eemmggghh… teruss... Paahh, geellii... oooggghh... Pappaahh jaahhaatt!"

Aku masih saja terus melumat, memamah, menggigit-gigit kecil lubang kemaluan dan klitorisnya yang merah dan beraroma wangi, dan pantat Rita semakin cepat naik turun sepertinya mau agar lidahku semakin masuk ke lubang kemaluannya.

"Paahh, naik Paahh… udaahh donnkk… Mamahh nggak tahaan", sambil menarik tanganku.

Matanya terpejam ayam, buah dadanya yang putih, mulus dan mengkel terlihat naik turun. Aku menaiki badannya dan penisku yang sudah seperti besi terasa menggesek bulu kemaluannya dan menempel hangat di sela-sela kemaluannya yang semakin basah oleh ludahku dan cairan vaginanya. Kuremas dan kuhisap buah dadanya, kukulum puting susunya yang merah muda, terasa sedap dan manis. Rita menggelinjang dan semakin melenguh.

"Maahh, masukin yaa… penis Papah"

Dia mengangguk sambil tetap terpejam. Kubidikan penisku yang sudah keras itu ke lubang kemaluannya, dan kujajaki sedikit-sedikit lubangnya, maklum Rita masih perawan, aku tak ingin menyakitinya.

"Pppaahh… masukkaan cepatt... Mamah nggak tahan Paah aahh..."

Kutancapkan penisku lebih dalam, Rita merintih nikmat, pantatku naik turun untuk mencari lubang kemaluannya yang masih belum tertembus penis itu, Rita terus menggoyangkan pantatnya naik turun sambil terus merintih.

"Maahh, penis Papahh udahh masuukk… oogghh mahh, vaginanya lezat, menyedot-nyedottt. .. penis...", aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa, karena disamping Rita masih perawan, vaginanya juga punya keistimewaan yang sering disebut "empot-empot ayam" itu.

Tambah lama penisku tambah melesak jauh ke dalam vagina Rita dan ada beberapa tetes darah sebagai tanda keperawanannya diberikan kepadaku, boss-nya, kekasih barunya. Oh, betapa bahagianya hati ini.

"Paahh, saakkiitt… Paahh, tapi enaak… oooggghh.. Paahh, terus goyang paahh... oooghh… cepeetiinn paahh..."

Aku semakin mempercepat goyangan pantatku naik turun dan penisku sudah bisa masuk semuanya ke lubang kemaluan Rita. Aku bangun dan duduk sambil kupeluk Rita untuk duduk berhadap-hadapan dengan tidak melepaskan penisku. Rita duduk di pangkuanku dengan kaki melonjor ke belakang pantatku. Penisku terus menancap di vaginanya dan Rita mulai menaik-turunkan pantatnya.

"Paahh, oggghh... pahh", sambil melumat bibirku dan menggigitnya.

"Mmaahh, oogghh… aememmhh... maahh, goyang terusss... Papah mau keluarrrr."

Rita semakin beraksi menaikturunkan pinggulnya yang bahenol dan putih bersih dan aku pun meladeninya dengan menaikturunkan pantat dan penisku semakin kencang juga.

"Pppaahh... Papahh harus tanggung jawab yaa, kalau Rita hamil", ucapnya di sela-sela nafasnya yang semakin ngos-ngosan. "Ritaa... emmhhggg… sayang Pappaahh... biarin mengandung anak Papaah", manjanya.

Aku mengangguk saja sebab aku sangat mencintainya.

"Paahh... oogghh... emmgghh... Ritaa mauuu... keluaarrr... oomhh."

"Papahh.. jugaa... sayanggg.... ", jawabku sambil telentang lagi sedangkan Rita tetap nongkrong berada di atas badanku dan vagina serta pantatnya naik turun semakin cepat melumat habis batang penisku.

"Paahh... Mamahh... oooghh... sssakittt, oooggghh... tapiii.. ennaakk", ketika kubalikkan badannya dan kutancapkan penisku dari belakang.

Kugenjot terus penisku keluar masuk lubang kemaluannya sambil kuremas-remas pinggulnya yang mulus dan montok seperti gitar itu, Rita semakin merintih, aku juga semakin tersengal-sengal menahan nafasku dan penisku yang semakin liar. Waktu sudah berjalan sekitar 50 menit sejak kami masuk kamar. Kuat juga pikirku, mungkin berkat latihan yogaku yang cukup teratur, sehingga bisa menahan emosi dan cukup nafas. Aku memang rada jago juga dalam bermain asmara di ranjang.

"Terruusss.. . Paahh... eemmhh... ogghh... Paahh... Paahh, ggghh... Mamahh maaooo keluaarr... oogghh... bareng Paahh."

Kucabut dulu penisku dan Rita kuminta untuk telentang kembali dan lantas kutindih lagi sebab aku ingin menatap dan menciumi wajah kekasihku ketika kami sama-sama ejakulasi. Kutancapkan kembali penisku ke vaginanya yang terlihat semakin memerah, kujilati dulu lendir-lendir di kemaluannya sampai lumat dan kutelan dengan nikmat. Dia menggeliat.

"Cepat dong masukan lagi penisnya Pah!"

Dan bbbleess… oh nikmat sekali rasanya vagina perawanku tercinta ini. Aku seperti di awang-awang, saling mencintai dan dicintai. Kugoyang terus pantatku semakin lama semakin kencang dan penisku keluar masuk vaginanya dengan gagah, Rita terus melenguh kenikmatan sambil tangannya memilin-milin puting susuku semakin membawa nikmat. Rita semakin menggila goyangannya mengimbangi keluar masuk penisku ke vaginanya, penisku terasa disedot-sedot dan dijepit dengan daging lunak yang ngepres sekali. Keringat kami semakin bercucuran dan semakin membangkitkan gairah cinta, kemudian tiba pada puncak gairah cinta dan surga dunia kami yang paling indah, paling berkesan sekali disaksikan laut kidul, dan kami berdua serempak berteriak dan mengejang.

"Paahh... Maahh... oogghh... mauuu keluuuarrr... ogghh... baarrrreeengg... yuuu..., oooghh... sayaang."

Kami sama-sama mengejang, mengerang, merengkuh apa pun yang bisa direngkuh, sebuah klimaks dua manusia yang saling mencintai dan baru dipertemukan, meskipun sudah agak telat karena aku sudah berkeluarga. The End

Mau Yang HOT HOT