Pendekatan Tujuan dan Struktural Bahasa Indonesia
Pendekatan adalah cara memulai sesuatu. Pendekatan dalam pembelajaran bahasa adalah seperangkat asumsi tentang hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan proses belajar bahasa.
Pendekatan dalam pembelajaran bahasa antara lain:
1. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan ialah “Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang penting ialah tercapainya tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan “cara belajar tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes sumatif. Jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.
2. Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi, mofologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat, pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
3. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Keterampilan proses meliputi keterampilan intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Keterampilan proses berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep.
Konsep yang telah ditemukan atau dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan sebagainya.
Keterampilan proses dibangun sejumlah keterampilan-keterampilan. Karena itu pencapainnya atau pengembangannya dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri. Karena itu dalam penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan ini merupakan pemberian/menumbuhkan kemampuan-kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang meliputi beberapa kemampuan seperti:
a. Kemampuan mengamati
b. Kemampuan menghitung
c. Kemampuan mengukur
d. Kemampuan mengklasifikasi
e. Kemampuan menemukan hubungan
f. Kemampuan membuat prediksi
g. Kemampuan melaksanakan penelitian
h. Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data
i. Kemampuan mengkomunikasikan hasil
Keterampilan proses berkaitan dengan kemampuan. Oleh karena itu penerapan keterampilan proses diletakkan dalam kompetensi dasar. Keterampilan proses juga dikenali pada instruksi yang disampaikan oleh guru kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu.
Contoh:
Kompetensi Dasar: Siswa dapat menyusun sebuah pengumuman sebagai sarana menyampaikan informasi (keterampilan proses yang tersirat dalam kompetensi dasar adalah mengkomunikasikan)
4. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990; Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran. Whole language dimulai dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan secara terpadu.
Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan komponen:
1. Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Manfaat yang didapat dari reading aloud antara lain meningkatkan keterampilan menyimak,
memperkaya kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan menumbuhkan minat baca pada siswa.
2. Jurnal Writing
Melalui menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Banyak manfaat yang diperoleh dari menulis jurnal antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan menulis
b. Meningkatkan kemampuan membaca
c. Menumbuhkan keberanian menghadap risiko
d. Memberi kesempatan untuk membuat refleksi
e. Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi
f. Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis
g. Meningkatkan kemampuan berpikir
h. Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis
i. Menjadi alat evaluasi
j. Menjadi dokumen tertulis
3. Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan siswa. Siswa dibiarkan untuk memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Pesan yang ingin disampaikan kepada siswa melalui kegiatan ini adalah:
a. Membaca adalah kegiatan penting yang menyenangkan
b. Membaca dapat dilakukan oleh siapapun
c. Membaca berarti kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut
d. Siswa dapat membaca dan berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama
e. Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang mereka baca
f. Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah kegiatan SSR berakhir
4. Shared Reading
Shared Reading adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya.
Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini:
a. Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah)
b. Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku
c. Siswa membaca bergiliran
Maksud kegiatan ini adalah:
a. Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru membaca sebagai model
b. Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya
c. Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh membaca yang benar
5. Guided Reading
Guided reading disebut juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri, tetapi lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama.
6. Guided Writing
Guided Writing atau menulis terbimbing, peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik.
7. Independent Reading
Independent Reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berkesempatan untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas
merupakan bagian integral dari whole language. Dalam independent reading, siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dam pemberi respons.
8. Independent Writing
Independent Writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, kebiasaan menulis, dan kemampuan berpikir kritis. Jenis menulis yang termasuk independent writing antara lain menulis jurnal dan menulis respons.
CIRI-CIRI KELAS WHOLE LANGUAGE
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language:
a. Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan.
b. Siswa belajar melalui model atau contoh
c. Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
d. Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran
e. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
f. Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen
g. Siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru maupun temannya
PENILAIAN DALAM KELAS WHOLE LANGUAGE
Di dalam kelas whole language, guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal selama pembbelajaran berlangsung guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan, berdiskusi baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Penilaian juga berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi, alat penilaiannya seperti observasi dan catatan anecdote. Selain penilaian informal, penilaian dilakukan dengan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa dapat terlihat secara otentik.
5. Pendekatan Kontekstual
Hakikat pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan ini dilibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik.
Johnson (dalam Nurhadi, 2004:13-14) mengungkapakan bahwa karakteristik pendekatan kontekstual memiliki delapan komponen utama yaitu:
a. Memiliki hubungan yang bermakna
b. Melakukan kegiatan yang signifikan
c. Belajar yang diatur sendiri
d. Bekerja sama
e. Berfikir kritis dan kreatif
f. Mengasuh dan memelihara pribadi peserta didik
g. Mencapai standar yang tinggi
h. Menggunakan penilaian autentik
Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Langkah-langkah penerapan kontekstual di kelas yaitu sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan bertanya (komponen konstruktivisme)
b. Melaksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan (komponen inkuiri)
c. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya (kompoonen bertanya)
d. Menciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok (komponen masyarakat belajar)
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran (komponen pemodelan)
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu (komponen refleksi)
g. Melakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara (komponen asesmen autentik)
6. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan
produktif maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas dari konteks.
Ciri-ciri pendekatan pembelajaran komunikatif:
Menurut Brumfit dan Finocchiaro ciri-ciri pendekatan komunikatif yaitu:
1. Makna merupakan hal yang terpenting
2. Percakapan harus berpusat di sekitar fungsi komunikatif dan tidak dihafalkan secara normal
3. Kontekstualisasi merupakan premis pertama
4. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi
5. Komunikasi efektif dianjurkan
6. Latihan atau drill diperbolehkan
7. Ucapan yang dapat dipahami diutamakan
8. Setiap alat bantu peserta didik diterima dengan baik
9. Segala upaya untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal
10. Penggunaan bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang layak
11. Terjemaah digunakan jika diperlukan peserta didik
12. Membaca dan menulis dapat dimulai sejak awal
13. Sitem bahasa dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi
14. Komunikasi komunikatif merupakan tujuan
15. Variasi linguistik merupakan konsep inti dalam materi dan metodologi
16. Urutan ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna untuk memperkuat
minat belajar
17. Guru mendorong peserta didik agar dapat bekerja sama dengan menggunakan bahasa itu
18. Bahasa diciptakan oleh peserta didik melalui mencoba dan mencoba
19. Kefasihan dan bahasa yang berterima merupakan tujuan utama
20. Peserta didik diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kelompok atau
pasangan, lisan dan tulis
21. Guru tidak bisa meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta didiknya
22. Motivasi intrinsik akan timbul melalui minat terhadap hal-hal yang dikomunikasikan
Mau Yang HOT HOT