Kata pengantar
NABI ISA SENDIRI MELARANG MENYEBAR AJARANYA DI ASIA.
Kisah para rasul 16:4-6 =
(4) Dalam perjalanan keliling dari kota ke kota Paulus dan Silas menyampaikan keputusan-keputusan yang diambil para rasul dan para penatua di Yerusalem dengan pesan, supaya jemaat-jemaat menurutinya. (5) Demikianlah jemaat-jemaat diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya. (6) Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. (7)Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Injil Matius 15:24
Pada AL-QURAN
surat Al-Maidah ayat 73 :
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
Surat Ali ‘Imran Ayat 78 :
Dan Sesungguhnya, diantara mereka itu terdapat segolongan yang mengubah isi Al-Kitab (Taurat dan Injil) dengan lidah mereka (ketika membaca), agar kamu mengira bahwa itu benar berasal dari Al-Kitab, padahal tidaklah berasal dari Al-Kitab, dan mereka berkata, “Ini dari Allah!” Dan tidaklah itu dari Allah. Mereka mengatakan kebohongan terhadap Allah, sedangkan mereka mengetahui.
QS Al maidah 5:116.
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
tuhan selain Allah?." Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku
pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada
diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib."
QS Al maidah 5:117.
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku
dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah
yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu.
QS Al maidah 5:118.
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-
hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Sikap dan Tindakan nabi terhadap non-muslim yang patut diteladani
Akhir akhir ini di Indonesia, (bukan hanya di Indonesia saja sebenarnya) kembali dikejutkan aksi bom bunuh diri. Terbaru adalah pada Ahad, 25 September lalu, di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kapunton, Solo, Jawa Tengah. Sebagai umat Islam, kita miris melihat kondisi ini. Perdamaian yang tumbuh subur di negeri Muslim ini kembali tercabik oleh aksi bom bunuh diri. Terlebih aksi bom bunuh diri selalu mengaitkan dengan ajaran islam.
Sungguh aneh. Padahal, perdamaian merupakan salah satu ajaran pokok dalam Islam. Perintah untuk selalu berdamai tidak hanya terdapat pada ayat-ayat Alquran tetapi juga dicontohkan langsung dalam kehidupan Rasulullah SAW.
Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat dikenal dengan kepribadian dan budi pekertinya yang baik. Banyak perjanjian yang dibuat RasulullahSAW bertujuan untuk menghindari konflik dan berupaya membangun perdamaian. Mulai dari perjanjian Hudaibiyah, piagam Madinah, perjanjian dengan delegasi Najran, dan masih banyak lagi.
Dalam hubungan dengan kalangan non-Muslim, Rasulullah menuliskannya dalam 'Piagam Anugerah' yang kini tersimpan di Gereja St Catherine's Monastery, Bukit Sinai, Mesir. Surat itu diberikan kepada seorang delegasi Kristen yang mengunjungi Nabi SAW pada 628 Masehi di Madinah.
"Ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, sebagai perjanjian bagi siapa pun yang menganut kekristenan, jauh dan dekat, bahwa kami mendukung mereka. Sesungguhnya saya, para pelayan, para penolong, dan para pengikut saya membela mereka, karena orang-orang Kristen adalah penduduk saya; dan karena Allah! Saya bertahan melawan apa pun yang tidak menyenangkan mereka.
Tidak ada paksaan yang dapat dikenakan pada mereka. Sekalipun oleh para hakim mereka, maka akan dikeluarkan dari pekerjaan mereka maupun dari para biarawan-biarawan mereka, dari biara mereka. Tidak ada yang boleh menghancurkan rumah ibadah mereka, atau merusaknya, atau membawa apa pun daripadanya ke rumah-rumah umat Islam.
Jika ada yang memgambil hal-hal tersebut maka ia akan merusak perjanjian Allah dan tidak menaati Rasul-Nya. Sesungguhnya, mereka adalah sekutu saya dan mendapatkan piagam keamanan melawan apa pun yang mereka benci.
Tidak ada yang memaksa mereka untuk bepergian atau mengharuskan mereka untuk berperang. Umat Islam wajib bertempur untuk mereka. Jika ada perempuan Kristen menikahi pria Muslim, hal ini tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan perempuan itu. Dia tidak dapat dilarang untuk mengunjungi gerejanya untuk berdoa.
Gereja-gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dilarang memperbaiki dan menjaga perjanjian-perjanjian sakral mereka. Tidak ada dari antara bangsa (Muslim) yang boleh tidak mematuhi perjanjian ini hingga Hari Akhir."
Karena itu, sudah sepantasnya kita hidup berdampingan dan saling menghormati antarsesama anggota masyarakat guna memperkuat tali persaudaraan sesama anak bangsa, agar terwujud masyarakat yang ideal, yakni aman, makmur, dan sentosa. Inilah masyarakat yang didambakan, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negara yang baik dan senantiasa mendapat ampunan dari Allah SWT).
Dimuat di Republika edisi cetak dengan judul Menebar Nilai Perdamaian
Keadilan Rasul terhadap Nonmuslim
Dalam Al Qur'an, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berlaku adil. "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran..." (QS An-Nisaa':135)
Dengan aturan yang beliau terapkan pada umat Islam, keadilan dan toleransinya terhadap orang-orang yang berbeda agama, bahasa, ras, suku, dan sikap beliau yang tidak membedakan antara kaya dan miskin namun memperlakukan semua orang sama. Rasulullah Saw adalah teladan terbaik bagi seluruh umat manusia.
Dalam sebuah ayat Al-Qur'an Allah berfirman kepada Rasulullah, "Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka, maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikit pun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil." (QS Al-Ma'idah :42)
Nabi Saw mematuhi perintah Allah, bahkan terhadap orang yang keras kepala macam mereka (Yahudi), dan beliau tidak pernah membuat konsesi dalam menegakkan keadilan. Beliau menjadi teladan sepanjang masa dengan kata-kata, "Tuhanku menyuruh menjalankan (menegakkan) keadilan." (QS Al-A'raf: 29)
Sejumlah insiden membuktikan keadilan Nabi. Beliau hidup di tempat mana orang-orang yang berbeda agama, bahasa, ras, dan suku hidup berdampingan. Sangat sulit bagi mereka untuk hidup bersama dalam damai dan harmoni serta mengawasi mereka yang berusaha menyebarkan perpecahan. Satu kelompok bisa menjadi agresif dan bahkan menyerang kelompok lain melalui kata-kata atau perbuatan. Namun, keadilan Nabi Saw adalah sumber perdamaian dan keamanan bagi komunitas lain, sama seperti yang berlaku bagi umat Islam.
Selama masa Nabi Muhammad Saw, kaum Kristen, Yahudi, dan orang-orang kafir semua diperlakukan sama. Rasulullah berpegang pada ayat, "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)," (QS Al-Baqarah: 256), dan menjelaskan agama yang benar untuk semua orang, namun membebaskan mereka untuk membuat menetapkan pilihan sendiri.
Sikap mulia Nabi Saw secara total selaras dengan moralitas Al-Qur'an, hendaknya dijadikan teladan dalam memperlakukan penganut agama-agama yang berbeda. Keadilan Nabi memberikan pemahaman kepada orang-orang dari ras yang berbeda. Dalam khutbah-khutbahnya, beliau kerap menyatakan bahwa keunggulan tidak terletak pada ras, tetapi dalam kesalehan. Sebagaimana Allah menyatakan dalam Al-Qur'an, "...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu..." (QS Al-Hujuraat: 13)
Dua hadits menegaskan prinsip keadilan beliau: "Kamu adalah anak-anak Adam, dan Adam berasal dari debu. Hendaknya orang-orang berhenti membangga-banggakan nenek moyang mereka "(HR Abu Dawud).
"Sesungguhnya nasab-nasabmu ini bukan menjadi sebab kamu boleh mencaci kepada seseorang; kamu semua adalah anak-cucu Adam... Tidak ada seorangpun yang melebihi orang lain, melainkan karena agama dan takwanya..." (HR Ahmad)
Dalam Khutbah Wada' (khutbah perpisahan) Rasulullah menegaskan beberapa prinsip, "Hai ummat manusia! Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah satu. Ingatlah! Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang lain Arab; tidak pula ada kelebihan bagi orang selain Arab atas orang Arab; tidak juga ada kelebihan orang yang berkulit merah atas orang kulit hitam; dan tidak pula orang kulit hitam atas orang kulit merah, melainkan lantaran takwa. Sebab sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah yang paling bertakwa kepada Allah." (HR Baihaqi)
Perjanjian yang dibuat dengan orang-orang Kristen Najran di selatan Semenanjung Arab adalah contoh teladan lain keadilan Nabi Saw. Salah satu pasal dalam perjanjian itu berbunyi, "Kehidupan masyarakat Najran dan sekitarnya, agama mereka, tanah mereka, harta, ternak, dan orang-orang mereka yang hadir atau tidak, rasul mereka dan tempat-tempat ibadah mereka berada di bawah perlindungan Allah dan perwalian Nabi-Nya (Muhammad)."
Piagam Madinah, ditandatangani oleh para imigran Muslim dari Makkah, penduduk asli Madinah, dan kaum Yahudi Madinah adalah contoh lain pentingnya keadilan Rasulullah. Sebagai hasil konstitusi, yang menetapkan keadilan antara masyarakat dengan keyakinan berbeda dan memastikan perlindungan dari berbagai kepentingan mereka, dan mengakhiri permusuhan yang terjadi selama bertahun-tahun. Salah satu keistimewaan yang paling luar biasa dari perjanjian ini adalah dikokohkannya kebebasan beragama.
Salah satu pasal Piagam Madinah menyebutkan, "Orang-orang Yahudi Bani `Auf merupakan satu bangsa dengan umat Islam. Orang Yahudi memiliki agama mereka dan Muslim memiliki mereka."
Pasal 16 dari perjanjian tersebut berbunyi, "Orang Yahudi yang mengikuti kami dipastikan berhak atas dukungan kami dan persamaan hak yang sama seperti salah satu dari kami. Ia tidak akan dirugikan atau musuhnya tidak akan dibantu."
Para sahabat Rasulullah tetap berpegang pada Piagam Madinah tersebut, bahkan setelah beliau wafat. Dan mereka bahkan menerapkannya dengan orang-orang Barbar, Buddha, Brahmana, dan orang-orang dari keyakinan lain.
Salah satu alasan utama mengapa zaman keemasan Islam merupakan salah satu masa yang dinaungi perdamaian dan keamanan adalah sikap Nabi yang adil, dan itu merupakan cerminan moralitas Al-Qur'an.
Oleh sebab itu, satu-satunya solusi untuk menghentikan pertempuran dan konflik yang terjadi di seluruh dunia adalah dengan mengadopsi moralitas Al-Qur'an. Sebagaimana Rasulullah Saw, beliau tidak pernah menghindar dari jalan keadilan, dan beliau tidak pernah membeda-bedakan manusia berdasarkan agama, bahasa, atau ras.
Mau Yang HOT HOT